Rabu, 06 Maret 2013

Cara Orang Jepang Menghemat Pengeluaran Makan Dan Minum



CNBC mencantumkan tiga kota di Jepang dalam daftar "WorldEuro=E2=84=A2s Most Expensive Places to Live 2012". Tokyo, Osaka, dan Nagoya berturut-turut menempati peringkat satu, tiga, dan sepuluh. Tak hanya tempat tinggal, kendaraan pribadi, dan tempat parkir yang harganya selangit. Makanan dan minumannya juga mahal.

Hal ini tak hanya dirasakan oleh wisatawan luar negeri, melainkan juga oleh penduduk setempat. Untuk bisa bertahan hidup, mereka harus sangat berhemat. Berdasarkan informasi yang dilansir situs Rocket News 24 (18/10/12), pengeluaran rata-rata untuk makan siang, minum-minum, camilan, dan keperluan sehari-hari turun hampir 50% dalam 20 tahun.

Dulu, mereka naik taksi secara rutin dan kadang bersantap di luar sampai enam kali sebulan. Namun, kini mereka hanya makan malam di restoran 1-2 kali per bulan. Untuk transportasinya, mereka mengandalkan kereta.

Cara Orang Jepang Menghemat Pengeluaran Makan Dan Minum [ www.BlogApaAja.com ]

Pakar budget Yoko Hanawa dari Yahoo! Jepang memberikan trik mengatur keuangan bagi Anda yang berencana tinggal lama di Jepang. "Akhir-akhir ini, orang-orang membawa tempat minum pribadi," katanya. Dengan demikian, mereka terhindar dari keperluan membeli soft drink dari minimarket dan vending machine.

Rata-rata minuman botol berharga 120 yen (sekitar Rp 14.500). Jika setiap hari kerja mereka membeli satu botol, berarti uang yang dikeluarkan untuk minum saja setahun bisa mencapai 36.000 yen (Rp 4,4 juta). "Hal kecil saja bisa membuat perubahan besar kan?" ujarnya.

Karena itulah, penjualan botol minum di Jepang marak. Berbagai ukuran dan desain botol minum tersedia di toko-toko pada beberapa tahun terakhir. Apalagi penggunaan botol minum berulang kali lebih ramah lingkungan dibanding botol plastik sekali pakai.

Bagaimana dengan anggaran makan dan sosialisasi? "Banyak anak muda membatasi pengeluaran makan siang sehari-hari. Mereka juga mengontrol jumlah uang yang dipakai untuk minum-minum bersama kolega. Namun hal ini bisa merugikan bagi kita," ucap Hanawa.

Menurutnya, mengandalkan junk food murah setiap hari dapat membahayakan kesehatan kita. Di lain pihak, jika kita di meja kantor saja menyantap bekal sementara yang lain ke luar makan, risikonya kita terkucil diri dari pergaulan dan kehilangan informasi penting.

"Apa gunanya menabung setiap hari kalau kita membuat diri sendiri sakit karena terlalu sering mengonsumsi garam, karbohidrat, dan lemak?" kata Hanawa. Lagipula, kalau kita sakit, siapa yang mau bersimpati atau mengerjakan tugas kita di kantor kalau kita tak lagi bergaul dengan mereka?

Makanya, Hanawa menyarankan, seimbangkanlah penghematan dengan kehidupan sosial. "Makan siang di luar dua kali seminggu, lalu bawa bekal di lain hari. Namun, jangan terlalu kejam pada diri sendiri sampai berakibat negatif pada kesehatan," jelasnya.

Untuk menghemat pengeluaran belanja atau makan di luar, pakailah kartu anggota tempat yang sering didatangi. Biasanya kartu ini disediakan gratis. Andapun bisa mengumpulkan poin yang nantinya bisa ditukarkan dengan barang yang dibutuhkan.

Follow On Twitter